Advertisement
![]() |
Merah Putih dan NU. (Ilustrasi/Istimewa) |
NURA Online, Salah satu poin penting dalam Khutbah Iftitah Plt Rais Syuriah MWC NU Gapura, Drs. K. Mursyidul Umam pada pembukaan Konferensi MWC NU Gapura di Pesantren Manhalul Irfan Desa Batudinding pada Ahad, 25 Oktober 2020 lalu yaitu NU bukan organisasi politik.
Mengutip terjemah bebas oleh Sekretaris LDNU Gapura Masa Khidmat 2015-2020, K. Fathor Rois terhadap Khutbah Iftitah berbahasa Arab yang disampaikan Kiai Mursyid waktu itu, "sebagaimana telah digariskan oleh para pendiri, NU adalah organisasi keagamaan dan kemasyarakatan, bukan organisasi politik. Oleh karena itu, diharapkan kepada para peserta konferensi untuk serius dan tulus dalam menjalankan konferensi, sehingga menghasilkan keputusan-keputusan yang manfaatnya lebih besar dari lebih umum."
Tentu saja, hal ini berlaku tidak hanya pada pelaksanaan konferensi MWC NU Gapura yang telah berakhir dengan terpilihnya KH Murtadli Fadlail sebagai Rais Syuriah dan KH Moh. Alwi sebagai Ketua Tanfidziyah. Namun, sebagaimana ditegaskan Sekretaris PCNU Sumenep, K. Zainul Hasan, pemahaman bahwa Nahdlatul Ulama adalah jam'iyah diniyah, islamiyah, dan ijtima'iyah laisa jam'iyah siyasiyah penting untuk terus ditekankan di setiap saat terutama pada para pengurus supaya jadi pedoman di dalam membawa NU.
"Karena NU adalah jami'yah diniyah ijtima'iyah, yang dirurus adalah soal-soal keagamaan dan kemasyarakatan. Bukan soal kekuasaan. Sehingga di dalam tubuh NU ada ketentuan politik kebangsaan, bukan kekuasaan," kata Kiai Zainul waktu itu.
Begitupula disampaikan K. Muhammad Syahid ketika sambutan sebelum demisioner dari jabatannya sebagai Ketua MWC NU Gapura Periode 2015-2020 bahwa selama ini NU menjadi menjadi pengayom semua elemen bangsa. Sehingga, ke depan NU harus selalu tetap menjadi organisasi yang wasathon.
"NU harus menjadi organisasi yang mutawashit, tidak menjadi organiasi yang cenderung ke kanan dan cenderung kiri. Ini harus dijaga betul," pesan Kiai Syahid.
Hal penting selanjutnya dari poin bahwa NU adalah organisasi keagamaan dan kemasyarakatan, bukan organisasi politik, sehingga diharapkan para peserta konferensi untuk serius dan tulus dalam menjalankan konferensi guna menghasilkan keputusan-keputusan yang manfaatnya lebih besar dari lebih umum, yaitu karena "umat senantiasa menjulurkan tangan harapan kepada kita (Nahdlatul Ulama, red) atas apa yang meliputi mereka, yaitu kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan."
Maka dari itu, dalam Khutbah Iftitah-nya, Kiai Mursyid melempar pertanyaan menohok, "apakah kita bisa hidup tenang dan senang dengan keadaan kita sendiri, sementara di sekeliling kita umat hidup dalam kondisi yang memperihatinkan, baik dalam bidang keagamaan, sosial, ekonomi, politik, maupun budaya."
Hal ini selaras dengan pesan Kiai Zainul Hasan bahwa sudah saatnya NU mulai mengarahkan semua aktivitasnya untuk kegiatan-kegiatan sosial kemasyarakatan. Sehingga, eksistensi NU ke depan benar-benar tampak dan manfaatnya langsung bisa dirasakan oleh warga.
"Ke depan jangan sampai NU hanya ada strukturnya saja. Hal ini sangat penting mengingat kadang di satu tempat NU hanya memiliki struktur, tetapi tidak ada kegiatannya sama sekali," tegas Sekretaris PCNU Sumenep tersebut.
"Oleh karena itu, maka target utama perjuangan kita ke depan adalah pelayanan yang tulus terhadap umat," pesan terakhir Kiai Mursyid dalam Khutbah Iftitah-nya. (Rfq)